Jumat, 19 Desember 2008

IKLAN CORPORATE IDENTITY ADVERTISING

Kamis, 2008 Desember 11

Iklan Coorporate Identity Advertising I




Contoh 1 Corporate Identity Advertising
DUKATI GANTI LOGO
Menjelang tahun 2009, Ducati Chief Executive Officer (CEO),Gabriel Del Torchio memperkenalkan logo baru perusahaan yang bermarkas di Bologna ini.Ini merupakan evolusi dari sejarah panjang sebuah merek.Sekarang terdiri atas perisai berwarna merah yang didalamnya terdapat tulisan khas Ducati yang masih tetap dipertahankan. Di bawahnya terdapat grafis putih sederhana yang memberi kesan dinamis.Hal ini membuat logo ini lebih eye-catching,unik,mewakili sosok yang bergairah, kencang, dan performa yang dahsyat.Seperti halnya sebuah logo baru,pasti mengundang pro kontra.
Bagaimana komentar para Ducatitsta? Well, mayoritas mereka mengatakan lebih menyukai logo Ducati yang lama,sepintas mirip kepala baut. Dengan inisial huruf D,yang bisa diartikan Dynamic Ducati. Orang yang melihat sepintas logo ini langsung tertanam benak motor yang gagah, kencang, eksklusif, yang dibangun antara perpaduan antara seni dan teknologi.Apakah ini berpengaruh pada penjualan motor Ducati itu sendiri? waktu jualah yang menentukan..Yang pasti manajemen Ducati tetap mempertahankan passion of color, merah. Warna merah solid ini juga mewakili produk otomotif lainnya asal Italia, Ferrari.Memang sulit rasanya, logo yang telah ada di benak Ducatista, ataupun sebatas penggemar motor Ducati (orang bijak bilang, cinta tidak harus memiliki,he3x..)dihapus dengan logo baru. Ada kemungkinan kurang di-aware oleh konsumen maupun calon konsumen. Memang, scudetto,perisai dalam versi Italia menjadi symbol kejayaan sesuatu yang terkait dengan Italia. Sebut saja peserta Lega Calcio, yang memuncaki klasemen akhir tidak mendapatkan piala. Namun berhak menyandang logo perisai alias scudetto di kostumnya. Di Ferraripun demikian,gambar Prancing Horse terbingkai dengan perisai berwarna kuning.
Sejatinya, Ducati juga memiliki logo sempalan yang juga mewakili perisai, yup..Ducati Corse.
Yang pasti, di tahun 2009 Ducati memulai lembaran baru, dengan produk baru, begitu juga di trek balap, kancah MotoGP dengan lima GP9.Begitu pula jajaran terbaik di WSBK.

IKLAN COORPORATE IDENTITY ADVERTISING

Kamis, 2008 Desember 11

Iklan Coorporate Identity Advertising II









Contoh 2 Corporate Identity Advertising


Cyber News
Harlah ke 48 ? Pertamina Ganti Logo Baru: KINERJA PT PERTAMINA (PERSERO) 2005Pada hari ini, Pertamina yang tepat berusia 48 tahun dan turut memberikan kontribusi positif dalam perjalanan pembangunan di Republik Indonesia, akan terus mengabdi dan memberikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia melalui sumbangan profit yang diterima oleh Negara dalam APBN kedepan. Pada satu tahun terakhir ini, jajaran Direksi dan manajemen serta seluruh pekerja PT Pertamina (Persero) telah berusaha secara optimal guna memajukan perusahaan ini demi mencapai keinginan menjadikan Pertamina sebuah world class company. Berikut dapat kami sampaikan capaian dari masing-masing direktorat di Pertamina.
Direktorat Hulu Sesuai dengan amanat Undang Undang nomor 22 tahun 2001, Direktorat Hulu membentuk PT PERTAMINA EP (13 September 2005) dan PT PERTAMINA EP CEPU (14 September 2005) serta melakukan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BP MIGAS untuk melanjutkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pada bekas Wilayah Kuasa Pertambangan PERTMINA era Undang Undang nomor 8 tahun 1971. Direktorat Hulu tetap berusaha untuk meningkatkan produksi serta menemukan cadangan baru minyak dan gas. Sampai dengan bulan Nopember 2005 beserta mitra kerja telah berhasil memproduksi minyak rata-rata sebesar 130.876 barel perhari dan gas sebesar 1.125 juta kaki kubik perhari. Untuk pengusahaan geothermal, produksinya sampai dengan bulan Nopember 2005 mencapai 41.66 juta ton uap atau setara dengan 10.26 juta barel minyak dihasilkan dari wilayah kerja sendiri maupun dari Mitra Usaha (KOB).
Direktorat Pengolahan Guna memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, Direktorat Pengolahan mampu mengolah minyak mentah sebesar 970.86 ribu barel perhari dengan hasil produksi BBM sebesar 734.73 ribu barel perhari ekuivalen sebesar 42.64 juta kilo liter. Proyek Kilang Langit Biru Balongan telah beroperasi dengan tujuan untuk mengurangi impor High Octant Mogas Component sebesar 1 juta barel per bulan, atau senilai US$ 79 juta perbulan dan proyek recovery gas flare dan hydrogen di kilang Balikpapan untuk meningkatkan efisiensi kilang yang mampu memberikan nilai tambah sebesar US$ 18.600.000 pertahun telah diresmikan.
Kilang-kilang pengolahan memperoleh penghargaan sertifikat ISO dan program penilaian peringkat kerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (PROPER) dengan peringkat biru serta recognition award bidang keselamatan kerja. Direktorat Pemasaran dan Niaga Dalam pendistribusian BBM, Pertamina terus mengupayakan sejumlah cara guna mempertahankan retail outletnya melalui pengiriman BBM zero loses dan evaluasi penerapan sistem win-win solution terhadap SPBU.
Pertamina juga telah menandatangani penjualan BBM dengan kelompok indusri major yang membeli BBM lebih dari 100 kilo liter perbulan dengan memberlakukan sistem pemasaran yang atraktif. Produk pelumas telah memberikan kebanggan kepada Pertamina melalui pengharagaan kepuasan pelanggan ?Indonesian Customer Satisfaction Award? selama tiga tahunberturut-turut, sertifikasi peningakatan mutu dari Original Equipment Manufacturer dan Engine Builder seperti Mercedes Benz, Daihatsu Diesel, Watsila, MAK Indonesia, serta penghargaan dari majalah Mobil Motor dan BPPT terhadap Fastron sebagai pelumas ranking I di Indonesia.
Dalam rangaka meningkatkan pangsa pasar dan pelayanan LPG kepada konsumen, Unit Gas Domestik telah melakuakan langkah strategis yaitu: - Pengembalian kembali fungsi stasiun pengisisan dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE) menjadi hanya sebagai pengangkut dan pengisi LPG, dan - Meningkatkan utilisasi LPG Filling Plant Pertamina, Tanjung Priuk dari 40% menjadi 77% melalui kerja sama dengan anak perusahaan. Pada Oktober 2005 Pertamina telah mengikat kerja sama dengan PT Jasa Marga dan Direktorat Jendral Perhubungan Udara untuk menggunakan aspal Pertamina pada pembuatan jalan tol di seluruh Indonesia dan pembangunan landasan pacu Bandar Udara.
Dalam bisnis aviasi, saat ini telah dilakukan joint study dengan Shell Aviation melalui konsep strategic alliance dalam rangka mengembangkan bisnis aviasi Pertamina khususnya di Bandara Soekarno Hatta. Perusahaan penerbangan Japan Airlines International (JAL) talah memberikan penghargaan Ramp Incident Free for 10 Years kepada DPPU Soekarno Hatta atas keberhasilan pelayanan pengisian bahan bakar Avtur tanpa kecelakaan selama 10 tahun berturut-turut. Kinerja Perkapalan sampai Nopember 2005 telah berhasil mengangkut minyak mentah, BBM dan Non BBM dari dan ke pelabuhan-pelabuhan di seluruh tanah air sebanyak 65,1 juta long ton dengan 35 unit kapal milik dan sekitar 105 kapal charter.
Direktorat Umum dan SDM Secara berkesinambungan organisasi Pertamina akan disesuaikan dengan kebutuhan strategis, yang fokus kepada pengembangan kegiatan usaha baik di hulu maupun hilir serta optimasi aset pendukungnya dalam bentuk anak perusahaan maupun bentuk unit usaha strategis. Sedangkan untuk Fungsi Korporat diarahkan kepada organisaasi yang lebih ramping dan bersifat strategis untuk meningkatkan nilai tambah Pertamina. Pertamina telah menerapkan Pertamina Integrated Management Information System (SAP) dan e-Auction untuk seluruh proses bisnis yang telah beroperasi di sebagian besar wilayah kerja. Dalam aspek K3LL, Pertamina berhasil melakukan beberapa kegiatan untuk mencapai K3LL excellences, dalam hal pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) 20 Unit Operasi telah memenuhi persyaratan bahkan 6 Unit di Geothermal telah mendapatkan peringkat PROPER Hijau.
Dalam rangka mendukung kegiatan pelayaran internasional, 17 pelabuhan khusus Migas telah memperoleh Certificate of Compliance ISPS Code dari Departemen Perhubungan. Direktorat Keuangan Sejak 21 September 2005, Pemerintah telah menetapkan jumlah Penyertaan Modal Pemerintah didalam neraca pembukaan sementara PT Pertamina (Persero) dengan nilai Rp 106 triliun. Realisasi laba konsolidasi setelah pajak dan bagian Pemerintah sampai dengan triwulan III adalah sebesar Rp 10,3 triliun seedangkan prognosa s.d. 31 Desember 2005 sebesar Rp 11,3 triliun vs RKAP tahun 2005 Rp 6,4 triliun. Realisasi EBITDA margin sebesar 9,4% vs RKAP tahun 2005 6,96%. Sedangkan sebagai bagian dari pembinaan masyarakat, dana yang disalurkan untuk proggram kemitraan mencapai Rp 40 milyar yang diarahkan kepada usaha kecil & koperasi penyalur produk perusahaan, walaupun usaha kecil & koperasi yang tidak berkaitan dengan bisnis inti tetap tidak diabaikan.
Dana untuk kegiatan Bina Lingkungan mencapai Rp 30 milyar mencakup bantuan bencana alam, pendidikan & pelatihan, sarana dan prasarana umum, dan sarana ibadah. Pertamina Ganti Logo Baru Selain kinerja dari masing-masing direktorat di atas, pada kesempatan ini Pertamina juga meluncurkan sebuah logo baru sebagai satu upaya meningkatkan intangible asset yang pada perusahaan besar bernilai jauh lebih tinggi daripada tangible asset. Pemikiran perubahan Logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis Pertamina pada saat itu.
Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan/pergantian Direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT Pertamina (Persero) pada tahun 2003. Direksi saat ini menganggap bahwa pergantian logo sudah saatnya dilaksanakan dengan pertimbangan untuk dapat membangun semangat/spirit baru, mendorong perubahan Corporate Culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara global oil & gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain: - Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan. - Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan paska PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru dibidang Hulu dan Hilir.
Pada kesempatan perubahan logo tersebut sekaligus akan disosialisasikan slogan (brand driver) ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi ?
SELALU HADIR MELAYANI?, dengan slogan tersebut diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

CONTACT PERTAMINA

Fix Phone: 500 000 (from all cities in Indonesia)
Phone: +62 21 7917 3000Fax: +62 21 7972 177SMS: +62 21 7111 3000E
Mail: pcc@pertamina.com© 1996 - 2008 PT Pertamina (Persero)corporate website

iklan PR ADVERTISING

MATRIX

Masuki dimensi baru dalam komunikasi dan nikmati gaya hidup yang lebih fleksibel dari Matrix. GSM paska bayar dengan mobilitas yang semakin tinggi, sambungan lebih cepat, liputan lebih luas dan kualitas sinyal maupun suara yang lebih jernih serta akses 3G/3.5G. Dilengkapi dengan kapasitas SIM card yang lebih besar dan menu browser yang canggih yang akan membawa Anda ke dimensi baru Personal Data Communication.

Jaringan Matrix yang mencakup lima benua di dunia, memungkinkan Matrix untuk dibawa ke luar negeri dan seluruh wilayah di Indonesia. Matrix, partner mobilitas Anda!



Nikmati fitur lengkap dari Matrix:
1. High speed Internet: Akses Internet berkecepatan tinggi dalam jaringan 3G/3.5G.
2. M-Banking: Layanan mobile banking kini dalam genggaman Anda.
3. 3G Services: Nikmati serunya Video Call, Video Dating, Mobile TV dll. Aktifkan 3G Anda : Ketik 3G dan kirim ke 777.
4. International Roaming: Bahkan saat Anda berada diluar Indonesia, layanan komunikasi dan akses Internet tetap dapat Anda nikmati dengan mudah.
5. Flatcall 01016: Telpon ke internasional hemat ke berbagai negara di dunia, tekan: 01016+Kode Negara+Kode Area+Nomor Tujuan.
6. Poin Plus-Plus: Kumpulkan terus poinnya dan raih kesempatan memenangkan Mobil Jaguar dan ribuan hadiah lainnya. Poin juga langsung ditukar dengan diskon tagihan, SMS I-Ring maupun merchant-merchant lain yang tergabung dalam MORE, dll.


Berlangganan Matrix:


Pelanggan Individu:
• Mengisi formulir aplikasi.
• Melampirkan fotokopi KTP dan Kartu-Keluarga.


Pelanggan Perusahaan:
• Mengisi formulir aplikasi.
• Menyertakan surat kuasa berlangganan Matrix dari perusahaan.
• Menyertakan fotokopi NPWP perusahaan.
• Menyertakan fotokopi KTP pemberi & penerima kuasa.

IKLAN PR ADVERTISING

Contoh iklan Public Relation Advertising I

Penutupan Rangkaian Safari Ramadhan Telkomsel di 18 Kota
Kepedulian Bagi 15.000 Anak Yatim dan Sumbangan Rp 4 Miliar

Jakarta, 24 September 2008
Rangkaian Safari Ramadhatelkomn Telkomsel di 18 kota di Indonesia memasuki kota terakhir Jakarta, yang ditandai dengan santunan kepedulian bagi 1.000 anak yatim piatu dari berbagai yayasan di Jabodetabek senilai Rp 127 juta dan donasi Rp 20 juta bagi 20 yayasan sosial.
Safari Ramadhan Telkomsel tahun ini diisi dengan serangkaian program kepedulian, seperti Buka Puasa bersama 15.000 anak yatim piatu serta bantuan operasional bagi yayasan sosial serta mesjid setempat dengan alokasi dana sekitar Rp 4 miliar. Kegiatan ini dilakukan di 18 kota di Indonesia, yakni Balikpapan, Gresik, Mataram, Serang, Bandar Lampung, Bandung, Ambon, Purwokerto, Pekanbaru, Aceh, Pematang Siantar, Gorontalo, Tanjung Pinang, Samarinda, Cirebon, Tegal, Jember, dan Jakarta.
Direktur Utama Telkomsel Kiskenda Suriahardja mengatakan, “Kami sangat gembira bisa berbagi kebahagiaan bersama anak yatim piatu di bulan suci Ramadhan kali ini. Kami berharap apa yang kami lakukan bagi anak yatim, yayasan sosial, dan pelanggan kami di berbagai wilayah Indonesia dapat menjadi manfaat di tengah-tengah bulan suci yang penuh hikmah ini.”
“Kegiatan Safari Ramadhan Telkomsel merupakan bagian dari komitmen dalam mewujudkan Good Corporate Citizenship (GCC) sebagai perusahaan yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan kepedulian melayani pasar dan industri telekomunikasi sebagai core-bussiness, Telkomsel terus berupaya memberi nilai tambah pada lingkungan dan masyarakat,” tambah Kiskenda.
Telkomsel juga memberikan paket lebaran berisi baju, topi, kopi, teh, air mineral, biskuit, korma, dan makanan ringan di sepanjang daerah yang dilalui oleh tim Safari Ramadhan, seperti: Pos Polisi, Dinas Kebersihan, Kaum Duafa, pesantren, dan masyarakat sekitar yang membutuhkan.
“Selain memberikan bantuan dan santunan kepada anak yatim dan yayasan sosial, Telkomsel juga menghadirkan ustadz ternama, seperti Ustadz Subki Al Bulghury, Ustadz Jefri Al Buchori, Aa Reza, Da’i Nanang, dan Nasyid dari Opick yang memberikan siraman rohani dan pencerahan tentang hakikat Ramadhan serta pengetahuan keislamanan. Mudah-mudahan upaya yang kami lakukan ini menjadi manfaat bagi masyarakat sekitar,” ungkap Kiskenda.

IKLAN PR ADVERTISING

Contoh 1 Iklan Public Relation PT. Lion Air


Lion Air Akan Layani Kelas Bisnis
Rabu, 23 Januari 2008 19:15 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Maskapai penerbangan Lion Air berencana mulai menyediakan layanan penerbangan kelas bisnis setelah pesawat Boeing 737-900 Extended Range ke-8 yang datang pada Selasa (22/1). Pasalnya pesawat ini memiliki konfigurasi kelas bisnis selain kelas ekonomi. Selama ini, pesawat-pesawat Lion Air hanya melayani kelas ekonomi.

Corporate Communication and Public Relations Lion Air, Hasyim Arsal Alhabsyi, mengatakan pesawat tersebut adalah Boeing 737-900ER pertama yang memiliki konfigurasi kelas bisnis. "Untuk pesawat selanjutnya yang sudah dipesan Lion Air juga akan memiliki kelas bisnis," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (23/1).

Penyediaan kelas bisnis itu menandai masuknya Lion Air di pelayanan full service. "Tapi tetap dengan harga murah," kata Hasyim. Mengenai pembelian Boeing 737-900ER itu, Lion Air akan menambah pesanan hingga mencapai 200 unit dari kontrak sebelumnya 122 unit pesawat senilai US$ 8,5 miliar.

Rencananya, nota kesepahaman tambahan 78 unit pesawat itu akan diteken dengan pihak Boeing saat Singapore Air Show pada 19 Pebruari mendatang.

iklan institusi


Contoh Iklan Institusi Mild



MILD

Ketika awal peluncuran produk tersebut, A-Mild mengusung brand rokok yang rendah tar dan rendah nikotin. Dengan kata lain, rokok ini adalah rokok sehat, sebuah produk yang tentu saja mendukung kampanye anti nikotin. Dengan demikian, sebenarnya tak masalah orang-orang tetap mentradisikan merokok dengan tetap memperhatikan kesehatan karena A-Mild telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, tata krama beriklan di Indonesia menerapkan aturan yang tegas untuk rokok. Antara lain iklan tidak boleh menayangkan atau menvisualkan bentuk rokok dan orang merokok. Dan lebih ekstrim lagi, iklan rokok selalu harus memuat tulisan "rokok dapat menggangu kesehatan, serangan jangtung, gangguan kemailan dan janin”. Cobalah lihat contoh rokok A-Mild berikut ini.

A mild
Sebuah kritik yang diusung oleh iklan rokok ini: Mengapa pihak-pihak tertentu mengatur secara "ketat" produk rokok sehat ini. Padahal di masyarakat terdapat banyak sekali PR yang masih harus diselesaikan, seperti banjir di ibu kota, macet di jalan tol, sikap petugas pemerintah yang sulit sekali memberi tanda stempel, mentaati peraturan kalau ada yang melihat, dan lain-lain. Nah, dalam konteks ini iklan tersebut sangatlah relevan.

Rabu, 17 Desember 2008

iklan institusi

Iklan Puas Diri Mendagri

Eko Harry Susanto

Sepertinya tiada henti, Menteri Dalam Negeri Moh Ma’ruf terus memasang iklan institusi Departemen Dalam Negeri. Isinya, keberhasilan pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan sejak Juni 2005.

Dengan bangga dipaparkan grafik yang menunjukkan 92 persen pilkada berjalan lancar dan tertib, sedangkan yang bermasalah hanya delapan persen, jumlah yang amat kecil dan memberi harapan tumbuhnya demokratisasi dalam pemilihan kepala daerah langsung.

Disertai pesan ”mari kita tingkatkan kualitas pilkada agar lebih banyak lagi wilayah yang menyambut kepala daerah terpilih dengan damai”, serasa pemilihan kepala daerah tidak memiliki persoalan berarti bagi pemerintah. Sepintas pemaparan keberhasilan pilkada sepanjang tahun 2005 amat menenteramkan masyarakat, yang semula khawatir terhadap terjadinya konflik horizontal.

Golput

Terlepas dari klaim keberhasilan pilkada, betapa terkejutnya saya saat membaca persentase golongan putih (golput) sebesar 31,3 persen dalam pilkada tahun 2005 (Kompas, 15/12/2005). Angka terbesar sepanjang sejarah pemilu di Indonesia, jauh lebih banyak dari perkiraan pemerintah yang berspekulasi dengan mematok jumlah golput dalam pilkada akan rendah.

Golput, sebagai nonpartisipan, tidak memiliki kekuatan berarti dalam kuantifikasi atau persentase jumlah suara pemilih. Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, pengesahan hasil pilkada tidak menentukan persyaratan persentase jumlah pemilih yang menggunakan haknya. Namun, aspek legal berbeda dengan tinjauan politis sebab tidak maksimalnya jumlah pemilih pada pilkada akan berpengaruh terhadap legitimasi politik kepala daerah terpilih dalam menjalankan kekuasaannya.

Penyelenggaraan pilkada, sebagaimana dalam iklan institusi Depdagri, semestinya keberhasilannya tidak hanya diukur dari bermasalah atau lancar dan tertib saja. Kriteria ini mengesankan jargon politik yang mengedepankan stabilitas keamanan sebagai tolok ukur kegiatan pemerintahan dan negara. Esensinya pilkada berjalan lancar, tetapi dalam situasi dingin dan kurang bergairah karena rendahnya partisipasi masyarakat.

Negara maju

Secara komprehensif, keberhasilan pilkada harus merujuk sejauh mana keterlibatan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam situasi demokratis tanpa tekanan mana pun. Karena itu, sayang jika pemilih terdaftar yang hanya bisa memengaruhi pemerintah lewat pemilu, tidak menggunakan kesempatan itu.

Meski demikian, keikutsertaan dalam pilkada bukan mobilisasi massa atau tindakan memaksa masyarakat melalui berbagai upaya agar berbondong-bondong memilih calon kepala daerah yang tidak dikenal. Pada hakikatnya, kata kunci yang melekat dalam pilkada adalah partisipasi konsisten sebagai bentuk keterlibatan mental dan emosi konstituen terhadap calon kepala daerah yang dipilih langsung.

Jumlah golput yang tinggi pada pilkada tahun 2005 seyogianya tidak dipakai sebagai dalih bahwa di beberapa negara maju golput juga mendominasi pemilu.

Selanjutnya kita mematut-matut diri, demokratisasi di Indonesia tumbuh subur seraya merujuk tingginya angka golput di negara maju. Bagaimanapun juga, golput dalam balutan apatis, skeptis, dan akumulasi kekecewaan tidak dapat dibandingkan dengan perilaku pemilih golput negara maju yang cenderung mengaitkan kalkulasi ekonomis. Karena itu, amat wajar jika institusi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pilkada harus mampu meminimalkan jumlah golput tahun 2006, setidaknya lebih kecil dari 31,3 persen dihitung dari jumlah pemilih terdaftar.

Masalahnya, tidak mudah menekan angka golput sebab sumber alasan tidak mau ikut memilih pilkada terkait sikap masyarakat yang tidak percaya bahwa ”pilkada akan menghasilkan kesejahteraan yang lebih nyata bisa dinikmati”. Terlebih, pilkada yang dikemas dalam kubu partai. Kurangnya perhatian partai politik di pusat atau daerah terhadap berbagai masalah krusial masyarakat memberi kontribusi amat besar untuk bersikap golput dalam pilkada.

Berdasar hasil polling (Kompas, 26/9/2005), citra partai politik di mata responden umumnya amat buruk, tidak ada partai politik yang memiliki citra baik dan memperoleh nilai 60 persen. Angka tertinggi, 55,6 persen, hanya dicapai satu partai.

Saat ini, seiring bertambahnya masalah di masyarakat, bukan mustahil jika tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik akan kian turun dan memengaruhi jumlah golput pada pilkada tahun 2006.

Guna menciptakan dinamika yang konstruktif sekaligus menekan jumlah golput pada pilkada tahun 2006, bukan hal yang salah jika isi pesan iklan layanan masyarakat Depdagri diganti secara berkala dengan mengetengahkan aneka macam pesan. Keberagaman pesan pilkada yang dikemas tanpa prasangka akan membuka pikiran masyarakat bahwa kehidupan bernegara harus selalu dikembangkan ke arah lebih baik.

Imbauan

Seperti harapan Mendagri, untuk meningkatkan kualitas pilkada, sebaiknya pesan layanan masyarakat yang dimuat bertubi– tubi di berbagai media itu menyertakan berbagai imbauan kepada masyarakat guna berpartisipasi menentukan pilihan kepala daerahnya sesuai dengan nurani. Seruan itu minimal memberi kepercayaan masyarakat kepada pemerintah untuk bersikap netral dan tidak larut dalam cermin buram partai politik

Sebaliknya dengan satu pesan monoton, sumber pesan Depdagri kehilangan banyak kesempatan memberi pembelajaran tentang demokratisasi pilkada.

Dalam perspektif komunikasi, pesan yang disampaikan berulang–ulang akan menghasilkan kejenuhan informasi. Dengan kata lain, pesan-pesan yang diterima khalayak tidak lagi dapat diproses menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Eko Harry Susanto Dosen PPS Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah dan Universitas Sahid

Jumat, 24 Oktober 2008

Struktur Organisasi

Jumat, 24 Oktober 2008

Home Organisasi Polri
Tentang Polri Visi dan Misi Sejarah Polri Logo dan Penjelasan Struktur Organisasi Peta Wilayah Polri
News Polri
Breaking News Regular News E-Newsletter
Pusat Informasi
Pengumuman
Informasi Kegiatan Masyarakat Pengadaan Barang / Jasa Mutasi Pejabat Polri Penerimaan Anggota Polri / PNS Agenda Khusus
Ketentuan dan Prosedur
Perundang-undangan
UU PP Peraturan Presiden KEPPRES INPRES
Peraturan
Peraturan Polri Keputusan Kapolri
Prosedur
Tentang Sekitar Lalu Lintas Tentang Pengurusan Surat Perizinan Pengembangan SDM Tentang Pelaporan
Data Polri
Tahun 2008 Tahun 2007
Status Kasus
Kasus Terungkap Kasus Belum Terungkap
Layanan Masyarakat
Laporan & Pengaduan Masyarakat
Pengaduan Laporan Kasus Laporan Kejadian
Daftar Pencarian OrangDaftar Orang Hilang Buku Tamu Forum Diskusi Kontak Kami
Layanan Internal
Web Email User Email
Link
Polri Departemen Umum

STRUKTUR ORGANISASI POLRI

KAPOLRI
Drs. Bambang Hendarso D, MM
Jenderal



WAKAPOLRI
Drs. Makbul Padmanagara




ITWASUM
Drs. Jusuf Mangga Barani

SAHLI
E. Winarto, SH, MSi




SDERENBANG
Drs. Tjuk Sugiarso, MBA

SDEOPS
Drs. Rubani Pranoto

SDE SDM
Drs. Bambang Hadiyono, MM

SDELOG
Drs.Djoko Sardono




KORSPRIPIM
Drs. Suhardi Alius, MH

SETUM
Drs. H. Asgar Sumantri

DENMA
Sudarto, SH




SET NCB
Drs. Iskandar Hasan

PUS DOKKES
Dr. Eddy Saparwoko, SPJP, MM, DFM

PUS KU
Drs. Bambang Abimanyu



DIV HUMAS
Drs. Abu Bakar Nataprawira

DIV BINKUM
Dr. Teguh Soedarsono, SIK, SH, MSi

DIV PROPAM
Drs. A. Gordon Mogot, MSi

TELEMATIKA
Drs.Alex Bambang Riatmojo SH, MBA, PHD

PTIK
Drs.Suprapto

SESPIMPOL
Drs. Dwi Purwanto

AKPOL
Drs Suciptadi

LEMDIKLAT
Drs. Edy Sunarno



BAINTELKAM
Drs. Saleh Saaf

BARESKRIM
Drs.susno duadji

BABINKAM
Drs. Iman Haryatna

KORBRIMOB
Drs. S. Y. Wenas



POLDA





STRUKTUR ORGANISASI POLRI

KAPOLRI
Drs. Bambang Hendarso D, MM
Jenderal



WAKAPOLRI
Drs. Makbul Padmanagara




ITWASUM
Drs. Jusuf Mangga Barani

SAHLI
E. Winarto, SH, MSi




SDERENBANG
Drs. Tjuk Sugiarso, MBA

SDEOPS
Drs. Rubani Pranoto

SDE SDM
Drs. Bambang Hadiyono, MM

SDELOG
Drs.Djoko Sardono




KORSPRIPIM
Drs. Suhardi Alius, MH

SETUM
Drs. H. Asgar Sumantri

DENMA
Sudarto, SH




SET NCB
Drs. Iskandar Hasan

PUS DOKKES
Dr. Eddy Saparwoko, SPJP, MM, DFM

PUS KU
Drs. Bambang Abimanyu



DIV HUMAS
Drs. Abu Bakar Nataprawira

DIV BINKUM
Dr. Teguh Soedarsono, SIK, SH, MSi

DIV PROPAM
Drs. A. Gordon Mogot, MSi

TELEMATIKA
Drs.Alex Bambang Riatmojo SH, MBA, PHD

PTIK
Drs.Suprapto

SESPIMPOL
Drs. Dwi Purwanto

AKPOL
Drs Suciptadi

LEMDIKLAT
Drs. Edy Sunarno



BAINTELKAM
Drs. Saleh Saaf

BARESKRIM
Drs.susno duadji

BABINKAM
Drs. Iman Haryatna

KORBRIMOB
Drs. S. Y. Wenas



POLDA

features

Bahasa | English
Welcome, Guest |Login | Register
Mobile Features

* Mobile Services
o Mentari (GSM Prepaid)
o IM3 (GSM Prepaid)
o StarOne (CDMA Pre & Postpaid)
o Matrix (GSM Postpaid)
o BlackBerry(R) from Matrix
o Indosat 3.5G Broadband
* Mobile Features
o Voice Call
o Messaging
o Internet & Data
o Mobile Tools
o Mobile Roamers
* i-Ring
* Indosat Arena
o i-ring 808
o Arena Musik
o Arena Film
o Arena Games
o Arena Selebriti
* Fixed Telephony
o Indosat Phone
o International Call
o Global Save
* Customers
o Poin Plus-Plus
o I-Square (Discount Merchant)
o Community Website
o Customer Support
* Corp. Solutions
o VAS & Hosting Solutions
o Voice Solutions
o Connectivity Solutions
o Mobility Solutions
o Case Studies
o About Corporate Solutions
* About Indosat
o Corporate Profile
o Investor Relations
o Public Relations
o Corporate Responsibility

Tell Me More

* i-Video
* Meet Me
* i-klan
* i-chatting
* i-mofis

Mobile Features

Mobile Features
Messaging

Sedang sibuk? Sedang ingin bersenang-senang dengan SMS? Atau tetap aktif walapun sedang mobile? Fitur Messaging hanya dari Indosat memberikan...

* Selengkapnya

Internet & Data

Menjawab kebutuhan akan koneksi internet yang cepat, Indosat memberikan solusinya dengan dukungan internet broadband 3.5G.

* Selengkapnya

Voice Call Features

Setiap produk Indosat dilengkapi oleh fitur-fitur lengkap untuk menjaga kelancaran komunikasi Anda. Dengan Voice Call Features, tak ada lagi...

* Selengkapnya

Mobile Tools

Sebuah layanan nilai lebih untuk Anda persembahan Indosat. Jelajahi dunia penuh ceria dengan I-Go, serta nikmati manfaat lebih dari I-Kamus....

* Selengkapnya

Customer Support

Setting GPRS, MMS, 3G, WAP, dan Download Center

* Selengkapnya



Search I-ring







Login I-Ring


User ID:
Password:



Iring Download




New Entry I-ring

No. Judul Penyanyi Kode Label
1. Ya Rosulullah Lucky Oktav 180501399 Bolenet
2. Doa Seorang Anak Tini 180597799 Virgo R
3. Mama Aku Ingin Pulang Nike Ardilla 061270199 Musica
4. Tanpamu Perry Vp 061198999 Dasa
5. Sampai Akhir Waktu Tantra 061271899 Universal
6. Seumpama Delon 060021899 BMG
7. Kecewa Rossa 061277999 Prosound
8. Sakau (reff) Tuty Wibowo 160262199 Sani Sentosa
9. Rahasia Indah (reff) Narra 061220299 EMI
10. Tremble Armin Van Buuren 110096199 Indo Semar
11. Ternyata Kau Ingin Pergi Omelette 061276699 Sony
12. Unbound [the Wild Ride] Avengeed Sevenvold 070276599 WMI
13. Ingatlah Tuhan Sakha 180117499 Blackboard
14. Ku Ingin Blueberry 061278299 Aquarius
15. Lgm.tembang Kiasan Toto Salmon 190332799 GNP
16. Widzi Adikku Witsqa 060773199 Digitalwave
17. Tinggikan Tuhan Vetri Kumaseh 180592999 AlphaOmega
18. Detik Hidup Iwan Abdulrachman 060175999 Bizcom
19. Tentang Kita Drive 061258999 E-Motion
20. Qu Ba (reff) Xin Dong Feng 080083499 Barista
21. Usah Dirayu Liza Tania 170262499 Hypermind
22. Cinta Tatap, Ervin, Fitri, Hendra (surabaya) 060362999 Advantage
23. Republik Asli Osing Kpj Osing 170270199 Detik
24. O Box Part 2 Join Side 061266999 Nagaswara
More »




Top Download I-ring

No. Judul Penyanyi Kode Label
1. Merindukanmu D' Masiv 060851699 Musica
2. Camelia Irwansyah 061008299 WMI
3. Dengan Nafas-mu Ungu 180513799 Prosound
4. Bukan Superstar Project Pop 061120399 Musica
5. Laskar Pelangi (versi 2) Nidji 061217399 Musica
6. Diantara Kalian D'masiv 060841199 Musica
7. Laskar Pelangi Nidji 061217499 Musica
8. Pada-mu Ku Bersujud Afgan 180543199 Cherrypick
9. Matahariku Agnes Monica 060886499 Aquarius
10. Puspa St12 060971799 Prosound
More »





Quick Menu

Overview
FAQ
New Entry
Hit List
Search

Category

Pop Indonesia
Pop Barat
Pop Asia
Soundtrack
Klasik & Jazz
Global Mix
World Ethnic
Nasional
Wisdom, Poetry
Jokes
Dangdut
Tradisional / Daerah
Religi
Others
Indie
Sapaan Selebriti


back to Indosat home
about indosat | investor relations | public relations | community development | partners | contact | site map
© Copyright 2007. PT Indosat tbk. All rights reserved
Best Viewed 1024x768

Bahasa | English
Welcome, Guest |Login | Register
Mobile Plans

* Mobile Services
o Mentari (GSM Prepaid)
o IM3 (GSM Prepaid)
o StarOne (CDMA Pre & Postpaid)
o Matrix (GSM Postpaid)
o BlackBerry(R) from Matrix
o Indosat 3.5G Broadband
* Mobile Features
o Voice Call
o Messaging
o Internet & Data
o Mobile Tools
o Mobile Roamers
* i-Ring
* Indosat Arena
o i-ring 808
o Arena Musik
o Arena Film
o Arena Games
o Arena Selebriti
* Fixed Telephony
o Indosat Phone
o International Call
o Global Save
* Customers
o Poin Plus-Plus
o I-Square (Discount Merchant)
o Community Website
o Customer Support
* Corp. Solutions
o VAS & Hosting Solutions
o Voice Solutions
o Connectivity Solutions
o Mobility Solutions
o Case Studies
o About Corporate Solutions
* About Indosat
o Corporate Profile
o Investor Relations
o Public Relations
o Corporate Responsibility

Indosat Corporate Solution
Solusi bagi pelanggan korporat secara terintegrasi

Customer Service
Kami akan membantu Anda

* Enquiry Contact

back to Indosat home
investor relations | public relations | corporate responsibilty | partners | contact | lintasarta | indosat m2 | acasia | site map
© Copyright 2007. PT Indosat tbk. All rights reserved
Best Viewed 1024x768

Bahasa | English
Welcome, Guest |Login | Register
Indosat Arena

* Mobile Services
o Mentari (GSM Prepaid)
o IM3 (GSM Prepaid)
o StarOne (CDMA Pre & Postpaid)
o Matrix (GSM Postpaid)
o BlackBerry(R) from Matrix
o Indosat 3.5G Broadband
* Mobile Features
o Voice Call
o Messaging
o Internet & Data
o Mobile Tools
o Mobile Roamers
* i-Ring
* Indosat Arena
o i-ring 808
o Arena Musik
o Arena Film
o Arena Games
o Arena Selebriti
* Fixed Telephony
o Indosat Phone
o International Call
o Global Save
* Customers
o Poin Plus-Plus
o I-Square (Discount Merchant)
o Community Website
o Customer Support
* Corp. Solutions
o VAS & Hosting Solutions
o Voice Solutions
o Connectivity Solutions
o Mobility Solutions
o Case Studies
o About Corporate Solutions
* About Indosat
o Corporate Profile
o Investor Relations
o Public Relations
o Corporate Responsibility

Other Indosat Arena

* Arena Female

back to Indosat home
investor relations | public relations | corporate responsibilty | partners | contact | lintasarta | indosat m2 | acasia | site map
© Copyright 2007. PT Indosat tbk. All rights reserved
Best Viewed 1024x768

Bahasa | English
Welcome, Guest |Login | Register
Fixed Telephony

* Mobile Services
o Mentari (GSM Prepaid)
o IM3 (GSM Prepaid)
o StarOne (CDMA Pre & Postpaid)
o Matrix (GSM Postpaid)
o BlackBerry(R) from Matrix
o Indosat 3.5G Broadband
* Mobile Features
o Voice Call
o Messaging
o Internet & Data
o Mobile Tools
o Mobile Roamers
* i-Ring
* Indosat Arena
o i-ring 808
o Arena Musik
o Arena Film
o Arena Games
o Arena Selebriti
* Fixed Telephony
o Indosat Phone
o International Call
o Global Save
* Customers
o Poin Plus-Plus
o I-Square (Discount Merchant)
o Community Website
o Customer Support
* Corp. Solutions
o VAS & Hosting Solutions
o Voice Solutions
o Connectivity Solutions
o Mobility Solutions
o Case Studies
o About Corporate Solutions
* About Indosat
o Corporate Profile
o Investor Relations
o Public Relations
o Corporate Responsibility

back to Indosat home
investor relations | public relations | corporate responsibilty | partners | contact | lintasarta | indosat m2 | acasia | site map
© Copyright 2007. PT Indosat tbk. All rights reserved
Best Viewed 1024x768

Kamis, 23 Oktober 2008

artikel

7- / -0 / 2003 : 10: 1
PERMASALAHAN NARKOBA DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA

I. PENDAHULUAN.

SEJARAH MARAKNYA PEREDARAN DAN PENYALAHGUNAAN OBAT TERLARANG DAPAT DITELUSURI RATUSAN TAHUN YANG LALU DIMANA OBAT-OBATAN PSYCHOACTIVE DIGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN PENGOBATAN KEAGAMAAN (RELIGIOUS) DAN SEBAGAI HIBURAN (RECREATIONAL PURPOSE). DAN PADA AKHIR ABAD KE-19, DENGAN SEMAKIN BERKEMBANGNYA ILMU KIMIA DAN FARMAKOLOGI MASYARAKAT MULAI MENSINTESAKAN BERBAGAI ZAT YANG SANGAT KUAT DAN BERSIFAT AMAT ADDICTIVE YANG DAPAT MENGAKIBATKAN KECANDUAN SEPERTI MISALNYA COCAINE DAN HEROIN.

PERANGKAT PELAKSANA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA DIKOORDINASIKAN OLEH BAKOLAK INPRES 6/1971 SEBAGAI FOCAL POINT.

DENGAN SEMAKIN MARAKNYA PERDAGANGAN GELAP DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA MASA KRISIS EKONOMI (1997 – 1999), MAKA PEMERINTAH PADA MASA REFORMASI MERASA PERLU UNTUK MEREVISI LEMBAGA BAKOLAK INPRES 6/1971 SEKALIGUS MEMPERKUAT POSISINYA SEBAGAI LEMBAGA YANG BERADA LANGSUNG DIBAWAH PRESIDEN DAN DIPIMPIN OLEH KEPALA KEPOLISIAN RI (KAPOLRI) SECARA EX OFFICIO. BADAN BARU YANG BERNAMA " BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL " (BKNN) INI

MULAI BEKERJA AKTIF SEJAK TAHUN 2000 DAN MENGAMBIL ALIH FUNGSI BAKOLAK INPRES 6/1971 TERMASUK MENJADI FOCAL POINT KERJASAMA ASEAN. BKNN MEMILIKI FUNGSI KOORDINATIF. DARI SUSUNAN KOMPOSISI PERSONELNYA TERLIHAT DENGAN JELAS BAHWA BADAN INI BERSIFAT LINTAS SEKTORAL. WALAUPUN TIDAK MEMILIKI WEWENANG YANG LUAS SEPERTI PENANGKAPAN, PENYITAAN DAN PENUNTUTAN YANG DILAKUKAN DEA (DRUG ENFORCEMENT ADMINISTRATION) DAN BADAN-BADAN SEJENIS DI BEBERAPA NEGARA ASEAN LAINNYA, NAMUN DIHARAPKAN BKNN DAPAT BERTINDAK SEBAGAI LOKOMOTIF PEMBERANTASAN MASALAH NARKOBA DI INDONESIA.

SETELAH BERJALAN KURANG LEBIH 2 (DUA) TAHUN, BKNN MASIH JUGA DIRASAKAN KURANG MENGGIGIT, DAN DARI BERBAGAI KALANGAN MASYARAKAT MENUNTUT AGAR LEBIH OPERASIONAL, MAKA BERDASARKAN HAL ITULAH PRESIDEN MERUBAH KEPUTUSANNYA YANG DITUANGKAN DALAM KEPPRES RI NOMOR 17 TAHUN 2002, TANGGAL 22 MARET 2002 MENJADI BADAN NARKOTIKA NASIONAL.

DISAMPING ITU MPR-RI JUGA TELAH MENGELUARKAN KETETAPAN MPR-RI NOMOR : VI/MPR/2002, YANG MEREKOMENDASIKAN KEPADA PRESIDEN SEBAGAI BERIKUT :

MELAKUKAN TINDAKAN TEGAS SESUAI DENGAN HUKUM YANG BERLAKU TERHADAP PRODUSEN, PENGEDAR, DAN PEMAKAI SERTA MELAKUKAN LANGKAH KOORDINASI YANG EFEKTIF, ANTISIPATIF, DAN EDUCATIF DENGAN PIHAK TERKAIT DAN MASYARAKAT.
MENGUPAYAKAN UNTUK MENINGKATKAN ANGGARAN GUNA MELAKUKAN REHABILITASI TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA.
BERSAMA DPR, MEREVISI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA.
DENGAN DEMIKIAN PEMERINTAH TELAH MENINDAK-LANJUTINYA DENGAN MENGELUARKAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA. INPRES TERSEBUT MENGINSTRUKSIKAN KEPADA PARA MENTERI, PANGLIMA TNI, JAKSA AGUNG RI, KAPOLRI, KEPALA LEMBAGA DEPARTEMEN DAN NON DEPARTEMEN, KEPALA KESEKRETARIATAN TERTINGGI / TINGGI NEGARA, PARA GUBERNUR SAMPAI KEPADA PARA BUPATI WALIKOTA, AGAR DALAM MENGAMBIL LANGKAH-LANGKAH YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI LINGKUNGANNYA SELALU BERKOORDINASI DENGAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL.

II. PERKEMBANGAN KASUS NARKOBA

MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA MERUPAKAN MASALAH SERIUS YANG HARUS DICARIKAN JALAN PENYELESAIANNYA DENGAN SEGERA. BANYAK KASUS YANG MENUNJUKKAN BETAPA AKIBAT DARI MASALAH TERSEBUT DIATAS TELAH MENYEBABKAN BANYAK KERUGIAN, BAIK MATERI MAUPUN NON MATERI. BANYAK KEJADIAN, SEPERTI PERCERAIAN ATAU KESULITAN LAIN BAHKAN KEMATIAN YANG DISEBABKAN OLEH KETERGANTUNGAN TERHADAP NARKOTIKA DAN OBAT-OBAT TERLARANG.

SECARA UMUM PERMASALAHAN NARKOBA DAPAT DIBAGI MENJADI 3 (TIGA) BAGIAN YANG SALING TERKAIT, YAKNI :

PERTAMA : ADANYA PRODUKSI NARKOBA SECARA GELAP (ILLICIT DRUG PRODUCTION).
KEDUA : ADANYA PERDAGANGAN GELAP NARKOBA (ILLICIT TRAFFICKING).
KETIGA : ADANYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA (DRUG ABUSE).

KETIGA HAL ITULAH SESUNGGUHNYA MENJADI TARGET SASARAN YANG INGIN DIPERANGI OLEH MASYARAKAT INTERNASIONAL DENGAN GERAKAN ANTI MADAT SEDUNIA. MASALAH PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA MENUNJUKKAN KECENDERUNGAN YANG TERUS MENINGKAT, SUDAH SANGAT MEMPRIHATINKAN DAN MEMBAHAYAKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA. INDONESIA BUKAN HANYA SEBAGAI TEMPAT TRANSIT DALAM PERDAGANGAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA, TETAPI TELAH MENJADI TEMPAT PEMASARAN DAN BAHKAN TELAH MENJADI TEMPAT UNTUK PRODUKSI GELAP NARKOBA. SITUASI KEJAHATAN NARKOBA DI INDONESIA DALAM KURUN WAKTU 5 (LIMA) TAHUN TERAKHIR DAPAT DIGAMBARKAN MELALUI DATA ANGKA KEJAHATAN, JUMLAH TERSANGKA SERTA BARANG BUKTI YANG BERHASIL DISITA.

Selasa, 21 Oktober 2008

artikel

Home


Redaksi


Contact Us


Buku Tamu




RUBRIK

Utama
Ekonomi
Hiburan
OlahRaga
Metropolis
Kota
Editorial
Liputankhusus
Nasional

RADAR

Sambas
Sanggau
Pinyuh
Sintang
Singkawang
Ketapang
Bengkayang

AGAMA

Hindu
Islam
Buddha
KongHuCu
Resensi
Protestan
Khatolik

KOLOM

Forum Diskusi
SuratPembaca
Opini
Tokoh
Konsultasi
Canda
Edukasi
Apresiasi
Bekelit
X-presi
Techno
Otomotif
Seluler
Game Anime
Kesehatan
Perjalanan
Konsultasi Kanker
Pilkada
Lensa &Sosok
KonsultasiPajak


Rabu, 22 Oktober 2008



Kirim Artikel Print Artikel

Sabtu, 13 September 2008
Gaji Guru (Negeri) Rp 2 Juta
Oleh : Y Priyono Pasti


“INI BARU BERITA”, demikian komentar sejumlah teman penulis guru negeri ketika membaca berita tentang wacana gaji minimal guru jadi Rp 2 juta yang akan berlaku mulai tahun 2009. Seperti yang diungkap harian Kompas (10/9), untuk meningkatkan kesejahteraan guru (dan dosen negeri), pemerintah mulai tahun 2009 meningkatkan penghasilan guru dan dosen golongan terendah minimal Rp 2 juta per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk dengan kenaikan kesejahteraan yang berkisar 14-15 persen dari gaji pokok.

Untuk guru non-negeri yang terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional maupun di Departemen Agama, pemerintah memberikan kenaikan subsidi tunjangan dengan besaran yang berbeda sesuai dengan tingkat pendidikannya. Guru non sarjana mendapat tambahan tunjangan Rp 50.000 per bulan dan yang strata 1 (S-1) mendapat tunjangan Rp 100.000 per bulan. Di tengah situasi dan kondisi kehidupan guru yang memprihatinkan saat ini, wacana tentang gaji minimal guru Rp 2 juta per bulan tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan dan patut disambut antusias oleh para guru. Bagaimana pun, itu adalah bukti betapa pemerintah tetap berupaya keras untuk memperbaiki nasib guru- para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Pemerintah, di tengah segala persoalan bangsa yang tengah dihadapinya, tetap memberikan komitmennya untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini mengingat betapa pentingnya peran guru dalam ikut mencerdaskan anak-anak bangsa negeri ini. Harapannya kebijakan “kemanusiaan guru” ini dapat memberikan andil signifikan dalam mendongkrak kualitas kehidupan ekonomis guru. Citra guru yang selama ini dipandang hanya sekedar pekerja suara yang berangkat pagi pulang siang bahkan sore/malam hari tetapi miskin finansial dapat dipupus.

Guru tidak lagi menjadi potret Oemar Bakri, si wagu tur kuru, yang penghasilannya jauh dari kepantasan. Sebaliknya, melalui peningkatan penghasilan yang minimal Rp 2 juta itu, status ekonominya menjadi lebih baik. Profesi guru sungguh menjadi profesi yang diimpikan. Statusnya kian membanggakan. Berkaitan dengan wacana kemanusiaan peningkatan kesejahteraan guru tersebut, agar implementasi dari komitmen pemerintah dapat berdaya guna dan berhasil guna, ada sejumlah catatan yang ingin penulis sampaikan.

Pertama, guru harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang tinggi sebagai guru. Guru tidak boleh menjadi alat legitimasi kekuasaan, hanya menjadi sekrup-sekrup yang hanya berfungsi bila digerakkan oleh tangan-tangan manusia, tetapi harus menjadi guru-guru yang kreatif, proaktif-inovatif, kritis, berwawasan, berdaya, baik untuk memberdayakan dirinya sendiri maupun para muridnya. Kedua, guru harus menjadi sosok-sosok yang brilian. Mereka harus pintar, bersemangat, rajin membaca, menulis, suka bergaul, memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, punya hasrat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri, memiliki cakrawala dan relasi yang luas.

Ketiga, rekruitmen dan standar penerimaan guru harus diperketat dan bebas KKN. Guru yang diterima hanyalah guru-guru yang sungguh-sungguh bermutu, bermoral, berwatak, dan mempribadi sehingga mereka layak dibayar tinggi. Dengan demikian upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap dapat diwujudkan. Keempat, guru harus dihayati sebagai panggilan hidup. Menjadi guru hanya karena keterpaksaan ketika tidak bisa diterima bekerja di sektor lain yang lebih menjanjikan harus dihindari di jagat pendidikan kita. Ini penting, mengingat jadi guru karena terpaksa, ia tidak memiliki motivasi untuk maju, tidak bersemangat, ogah-ogahan, tidak kreatif, tidak produktif, dan tidak akan melakukan inovasi baru. Hasilnya, efektivitas dan optimalisasi pembelajaran rendah, bahkan tidak bermutu. Sebaliknya, menjadi guru karena panggilan hidup akan membuat guru tersebut diliputi suasana senang, suka cita, dan perasaan optimisme yang besar. Guru menjadi lebih kreatif, proaktif, selalu mencari atau menemukan sesuatu yang baru dalam proses fasilitasinya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermutu dan bermakna.

Kelima, guru harus diminta untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk pengembangan dan pemberdayaan profesinya sebagai guru berkaitan dengan kenaikan gajinya yang sangat signifikan itu. Meminjam pendapat Darmaningtyas, selain pengeluaran konsumtif, guru juga ‘dipaksa’ untuk pengeluaran-pengeluaran yang dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang guru yang mumpuni. Guru diwajibkan untuk membeli buku-buku bermutu, berlangganan koran/majalah (baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa asing), mengikuti pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi, seminar, lokakarya, kursus-kursus untuk meningkatkan kemampuan fasilitasi, kemampuan berbahasa dan menulisnya, serta menonton film, pameran bermutu untuk meningkatkan kemampuan apresiasi seni dan imajinasi mereka.

Dengan demikian, wawasan guru akan menjadi luas, jiwa/emosinya menjadi semakin matang, sikapnya menjadi semakin bijak dan arif dalam menghadapi berbagai persoalan serta mampu memberikan inspirasi kepada para muridnya untuk terus berprestasi. Itulah diantaranya (mungkin masih banyak lagi) sejumlah catatan yang hemat penulis penting untuk dipahami, dihayati, dan dilakukan guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dijagat pendidikan agar kenaikan gaji itu berbanding lurus dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Semoga!



* Penulis,Kepala SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak - Kalimantan Barat.





[ Kembali ] [ Atas ]

Komentar ( ) Isi Komentar Ketentuan

Pencarian Berita

AllAny
Kategori
Semua Kategori Utama Sambas Sanggau Ekonomi Hiburan OlahRaga Metropolis Kota Pinyuh Sintang Singkawang SuratPembaca Khatolik Protestan Resensi Opini KongHuCu Buddha Ketapang Tokoh Editorial Islam Konsultasi Canda Edukasi Apresiasi Bekelit X-presi Techno Hindu Otomotif Seluler Game Anime Kesehatan Liputankhusus Perjalanan Konsultasi Kanker Pilkada Lensa &Sosok KonsultasiPajak Bengkayang Nasional


Komunitas
Iklan Baris
Berita Duka Cita
Lowongan Kerja
Opini
• Berebut Selubung Kezaliman
• Tradisi Minta Ridha (Dalam Perspektif Tasawuf)
• Pesan Moral Perintah Ibadah Puasa
• Guru Bisa Mencapai Guru Besar
• Kecewa di Bulan Ramadhan
• Pemenang Pilkada
• Revolusi Pendidikan Formal
• Belajar ”Ilmu Malu”
• Perlunya Kecerdasan Emosional & Spriritual Anak Didik
• Upaya Membangun Kubu Raya Sebagai Kabupaten




Copyright © 2002 Pontianak Post

artikel

Home


Redaksi


Contact Us


Buku Tamu




RUBRIK

Utama
Ekonomi
Hiburan
OlahRaga
Metropolis
Kota
Editorial
Liputankhusus
Nasional

RADAR

Sambas
Sanggau
Pinyuh
Sintang
Singkawang
Ketapang
Bengkayang

AGAMA

Hindu
Islam
Buddha
KongHuCu
Resensi
Protestan
Khatolik

KOLOM

Forum Diskusi
SuratPembaca
Opini
Tokoh
Konsultasi
Canda
Edukasi
Apresiasi
Bekelit
X-presi
Techno
Otomotif
Seluler
Game Anime
Kesehatan
Perjalanan
Konsultasi Kanker
Pilkada
Lensa &Sosok
KonsultasiPajak


Rabu, 22 Oktober 2008



Kirim Artikel Print Artikel

Sabtu, 13 September 2008
Gaji Guru (Negeri) Rp 2 Juta
Oleh : Y Priyono Pasti


“INI BARU BERITA”, demikian komentar sejumlah teman penulis guru negeri ketika membaca berita tentang wacana gaji minimal guru jadi Rp 2 juta yang akan berlaku mulai tahun 2009. Seperti yang diungkap harian Kompas (10/9), untuk meningkatkan kesejahteraan guru (dan dosen negeri), pemerintah mulai tahun 2009 meningkatkan penghasilan guru dan dosen golongan terendah minimal Rp 2 juta per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk dengan kenaikan kesejahteraan yang berkisar 14-15 persen dari gaji pokok.

Untuk guru non-negeri yang terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional maupun di Departemen Agama, pemerintah memberikan kenaikan subsidi tunjangan dengan besaran yang berbeda sesuai dengan tingkat pendidikannya. Guru non sarjana mendapat tambahan tunjangan Rp 50.000 per bulan dan yang strata 1 (S-1) mendapat tunjangan Rp 100.000 per bulan. Di tengah situasi dan kondisi kehidupan guru yang memprihatinkan saat ini, wacana tentang gaji minimal guru Rp 2 juta per bulan tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan dan patut disambut antusias oleh para guru. Bagaimana pun, itu adalah bukti betapa pemerintah tetap berupaya keras untuk memperbaiki nasib guru- para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Pemerintah, di tengah segala persoalan bangsa yang tengah dihadapinya, tetap memberikan komitmennya untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini mengingat betapa pentingnya peran guru dalam ikut mencerdaskan anak-anak bangsa negeri ini. Harapannya kebijakan “kemanusiaan guru” ini dapat memberikan andil signifikan dalam mendongkrak kualitas kehidupan ekonomis guru. Citra guru yang selama ini dipandang hanya sekedar pekerja suara yang berangkat pagi pulang siang bahkan sore/malam hari tetapi miskin finansial dapat dipupus.

Guru tidak lagi menjadi potret Oemar Bakri, si wagu tur kuru, yang penghasilannya jauh dari kepantasan. Sebaliknya, melalui peningkatan penghasilan yang minimal Rp 2 juta itu, status ekonominya menjadi lebih baik. Profesi guru sungguh menjadi profesi yang diimpikan. Statusnya kian membanggakan. Berkaitan dengan wacana kemanusiaan peningkatan kesejahteraan guru tersebut, agar implementasi dari komitmen pemerintah dapat berdaya guna dan berhasil guna, ada sejumlah catatan yang ingin penulis sampaikan.

Pertama, guru harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang tinggi sebagai guru. Guru tidak boleh menjadi alat legitimasi kekuasaan, hanya menjadi sekrup-sekrup yang hanya berfungsi bila digerakkan oleh tangan-tangan manusia, tetapi harus menjadi guru-guru yang kreatif, proaktif-inovatif, kritis, berwawasan, berdaya, baik untuk memberdayakan dirinya sendiri maupun para muridnya. Kedua, guru harus menjadi sosok-sosok yang brilian. Mereka harus pintar, bersemangat, rajin membaca, menulis, suka bergaul, memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, punya hasrat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri, memiliki cakrawala dan relasi yang luas.

Ketiga, rekruitmen dan standar penerimaan guru harus diperketat dan bebas KKN. Guru yang diterima hanyalah guru-guru yang sungguh-sungguh bermutu, bermoral, berwatak, dan mempribadi sehingga mereka layak dibayar tinggi. Dengan demikian upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap dapat diwujudkan. Keempat, guru harus dihayati sebagai panggilan hidup. Menjadi guru hanya karena keterpaksaan ketika tidak bisa diterima bekerja di sektor lain yang lebih menjanjikan harus dihindari di jagat pendidikan kita. Ini penting, mengingat jadi guru karena terpaksa, ia tidak memiliki motivasi untuk maju, tidak bersemangat, ogah-ogahan, tidak kreatif, tidak produktif, dan tidak akan melakukan inovasi baru. Hasilnya, efektivitas dan optimalisasi pembelajaran rendah, bahkan tidak bermutu. Sebaliknya, menjadi guru karena panggilan hidup akan membuat guru tersebut diliputi suasana senang, suka cita, dan perasaan optimisme yang besar. Guru menjadi lebih kreatif, proaktif, selalu mencari atau menemukan sesuatu yang baru dalam proses fasilitasinya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermutu dan bermakna.

Kelima, guru harus diminta untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk pengembangan dan pemberdayaan profesinya sebagai guru berkaitan dengan kenaikan gajinya yang sangat signifikan itu. Meminjam pendapat Darmaningtyas, selain pengeluaran konsumtif, guru juga ‘dipaksa’ untuk pengeluaran-pengeluaran yang dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang guru yang mumpuni. Guru diwajibkan untuk membeli buku-buku bermutu, berlangganan koran/majalah (baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa asing), mengikuti pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi, seminar, lokakarya, kursus-kursus untuk meningkatkan kemampuan fasilitasi, kemampuan berbahasa dan menulisnya, serta menonton film, pameran bermutu untuk meningkatkan kemampuan apresiasi seni dan imajinasi mereka.

Dengan demikian, wawasan guru akan menjadi luas, jiwa/emosinya menjadi semakin matang, sikapnya menjadi semakin bijak dan arif dalam menghadapi berbagai persoalan serta mampu memberikan inspirasi kepada para muridnya untuk terus berprestasi. Itulah diantaranya (mungkin masih banyak lagi) sejumlah catatan yang hemat penulis penting untuk dipahami, dihayati, dan dilakukan guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dijagat pendidikan agar kenaikan gaji itu berbanding lurus dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Semoga!



* Penulis,Kepala SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak - Kalimantan Barat.





[ Kembali ] [ Atas ]

Komentar ( ) Isi Komentar Ketentuan

Pencarian Berita

AllAny
Kategori
Semua Kategori Utama Sambas Sanggau Ekonomi Hiburan OlahRaga Metropolis Kota Pinyuh Sintang Singkawang SuratPembaca Khatolik Protestan Resensi Opini KongHuCu Buddha Ketapang Tokoh Editorial Islam Konsultasi Canda Edukasi Apresiasi Bekelit X-presi Techno Hindu Otomotif Seluler Game Anime Kesehatan Liputankhusus Perjalanan Konsultasi Kanker Pilkada Lensa &Sosok KonsultasiPajak Bengkayang Nasional


Komunitas
Iklan Baris
Berita Duka Cita
Lowongan Kerja
Opini
• Berebut Selubung Kezaliman
• Tradisi Minta Ridha (Dalam Perspektif Tasawuf)
• Pesan Moral Perintah Ibadah Puasa
• Guru Bisa Mencapai Guru Besar
• Kecewa di Bulan Ramadhan
• Pemenang Pilkada
• Revolusi Pendidikan Formal
• Belajar ”Ilmu Malu”
• Perlunya Kecerdasan Emosional & Spriritual Anak Didik
• Upaya Membangun Kubu Raya Sebagai Kabupaten




Copyright © 2002 Pontianak Post

advetorial

Home


Redaksi


Contact Us


Buku Tamu




RUBRIK

Utama
Ekonomi
Hiburan
OlahRaga
Metropolis
Kota
Editorial
Liputankhusus
Nasional

RADAR

Sambas
Sanggau
Pinyuh
Sintang
Singkawang
Ketapang
Bengkayang

AGAMA

Hindu
Islam
Buddha
KongHuCu
Resensi
Protestan
Khatolik

KOLOM

Forum Diskusi
SuratPembaca
Opini
Tokoh
Konsultasi
Canda
Edukasi
Apresiasi
Bekelit
X-presi
Techno
Otomotif
Seluler
Game Anime
Kesehatan
Perjalanan
Konsultasi Kanker
Pilkada
Lensa &Sosok
KonsultasiPajak


Rabu, 22 Oktober 2008



Kirim Artikel Print Artikel

Sabtu, 13 September 2008
Gaji Guru (Negeri) Rp 2 Juta
Oleh : Y Priyono Pasti


“INI BARU BERITA”, demikian komentar sejumlah teman penulis guru negeri ketika membaca berita tentang wacana gaji minimal guru jadi Rp 2 juta yang akan berlaku mulai tahun 2009. Seperti yang diungkap harian Kompas (10/9), untuk meningkatkan kesejahteraan guru (dan dosen negeri), pemerintah mulai tahun 2009 meningkatkan penghasilan guru dan dosen golongan terendah minimal Rp 2 juta per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk dengan kenaikan kesejahteraan yang berkisar 14-15 persen dari gaji pokok.

Untuk guru non-negeri yang terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional maupun di Departemen Agama, pemerintah memberikan kenaikan subsidi tunjangan dengan besaran yang berbeda sesuai dengan tingkat pendidikannya. Guru non sarjana mendapat tambahan tunjangan Rp 50.000 per bulan dan yang strata 1 (S-1) mendapat tunjangan Rp 100.000 per bulan. Di tengah situasi dan kondisi kehidupan guru yang memprihatinkan saat ini, wacana tentang gaji minimal guru Rp 2 juta per bulan tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan dan patut disambut antusias oleh para guru. Bagaimana pun, itu adalah bukti betapa pemerintah tetap berupaya keras untuk memperbaiki nasib guru- para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Pemerintah, di tengah segala persoalan bangsa yang tengah dihadapinya, tetap memberikan komitmennya untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini mengingat betapa pentingnya peran guru dalam ikut mencerdaskan anak-anak bangsa negeri ini. Harapannya kebijakan “kemanusiaan guru” ini dapat memberikan andil signifikan dalam mendongkrak kualitas kehidupan ekonomis guru. Citra guru yang selama ini dipandang hanya sekedar pekerja suara yang berangkat pagi pulang siang bahkan sore/malam hari tetapi miskin finansial dapat dipupus.

Guru tidak lagi menjadi potret Oemar Bakri, si wagu tur kuru, yang penghasilannya jauh dari kepantasan. Sebaliknya, melalui peningkatan penghasilan yang minimal Rp 2 juta itu, status ekonominya menjadi lebih baik. Profesi guru sungguh menjadi profesi yang diimpikan. Statusnya kian membanggakan. Berkaitan dengan wacana kemanusiaan peningkatan kesejahteraan guru tersebut, agar implementasi dari komitmen pemerintah dapat berdaya guna dan berhasil guna, ada sejumlah catatan yang ingin penulis sampaikan.

Pertama, guru harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang tinggi sebagai guru. Guru tidak boleh menjadi alat legitimasi kekuasaan, hanya menjadi sekrup-sekrup yang hanya berfungsi bila digerakkan oleh tangan-tangan manusia, tetapi harus menjadi guru-guru yang kreatif, proaktif-inovatif, kritis, berwawasan, berdaya, baik untuk memberdayakan dirinya sendiri maupun para muridnya. Kedua, guru harus menjadi sosok-sosok yang brilian. Mereka harus pintar, bersemangat, rajin membaca, menulis, suka bergaul, memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, punya hasrat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri, memiliki cakrawala dan relasi yang luas.

Ketiga, rekruitmen dan standar penerimaan guru harus diperketat dan bebas KKN. Guru yang diterima hanyalah guru-guru yang sungguh-sungguh bermutu, bermoral, berwatak, dan mempribadi sehingga mereka layak dibayar tinggi. Dengan demikian upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap dapat diwujudkan. Keempat, guru harus dihayati sebagai panggilan hidup. Menjadi guru hanya karena keterpaksaan ketika tidak bisa diterima bekerja di sektor lain yang lebih menjanjikan harus dihindari di jagat pendidikan kita. Ini penting, mengingat jadi guru karena terpaksa, ia tidak memiliki motivasi untuk maju, tidak bersemangat, ogah-ogahan, tidak kreatif, tidak produktif, dan tidak akan melakukan inovasi baru. Hasilnya, efektivitas dan optimalisasi pembelajaran rendah, bahkan tidak bermutu. Sebaliknya, menjadi guru karena panggilan hidup akan membuat guru tersebut diliputi suasana senang, suka cita, dan perasaan optimisme yang besar. Guru menjadi lebih kreatif, proaktif, selalu mencari atau menemukan sesuatu yang baru dalam proses fasilitasinya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermutu dan bermakna.

Kelima, guru harus diminta untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk pengembangan dan pemberdayaan profesinya sebagai guru berkaitan dengan kenaikan gajinya yang sangat signifikan itu. Meminjam pendapat Darmaningtyas, selain pengeluaran konsumtif, guru juga ‘dipaksa’ untuk pengeluaran-pengeluaran yang dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang guru yang mumpuni. Guru diwajibkan untuk membeli buku-buku bermutu, berlangganan koran/majalah (baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa asing), mengikuti pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi, seminar, lokakarya, kursus-kursus untuk meningkatkan kemampuan fasilitasi, kemampuan berbahasa dan menulisnya, serta menonton film, pameran bermutu untuk meningkatkan kemampuan apresiasi seni dan imajinasi mereka.

Dengan demikian, wawasan guru akan menjadi luas, jiwa/emosinya menjadi semakin matang, sikapnya menjadi semakin bijak dan arif dalam menghadapi berbagai persoalan serta mampu memberikan inspirasi kepada para muridnya untuk terus berprestasi. Itulah diantaranya (mungkin masih banyak lagi) sejumlah catatan yang hemat penulis penting untuk dipahami, dihayati, dan dilakukan guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dijagat pendidikan agar kenaikan gaji itu berbanding lurus dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Semoga!



* Penulis,Kepala SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak - Kalimantan Barat.





[ Kembali ] [ Atas ]

Komentar ( ) Isi Komentar Ketentuan

Pencarian Berita

AllAny
Kategori
Semua Kategori Utama Sambas Sanggau Ekonomi Hiburan OlahRaga Metropolis Kota Pinyuh Sintang Singkawang SuratPembaca Khatolik Protestan Resensi Opini KongHuCu Buddha Ketapang Tokoh Editorial Islam Konsultasi Canda Edukasi Apresiasi Bekelit X-presi Techno Hindu Otomotif Seluler Game Anime Kesehatan Liputankhusus Perjalanan Konsultasi Kanker Pilkada Lensa &Sosok KonsultasiPajak Bengkayang Nasional


Komunitas
Iklan Baris
Berita Duka Cita
Lowongan Kerja
Opini
• Berebut Selubung Kezaliman
• Tradisi Minta Ridha (Dalam Perspektif Tasawuf)
• Pesan Moral Perintah Ibadah Puasa
• Guru Bisa Mencapai Guru Besar
• Kecewa di Bulan Ramadhan
• Pemenang Pilkada
• Revolusi Pendidikan Formal
• Belajar ”Ilmu Malu”
• Perlunya Kecerdasan Emosional & Spriritual Anak Didik
• Upaya Membangun Kubu Raya Sebagai Kabupaten




Copyright © 2002 Pontianak Post
Home


Redaksi


Contact Us


Buku Tamu




RUBRIK

Utama
Ekonomi
Hiburan
OlahRaga
Metropolis
Kota
Editorial
Liputankhusus
Nasional

RADAR

Sambas
Sanggau
Pinyuh
Sintang
Singkawang
Ketapang
Bengkayang

AGAMA

Hindu
Islam
Buddha
KongHuCu
Resensi
Protestan
Khatolik

KOLOM

Forum Diskusi
SuratPembaca
Opini
Tokoh
Konsultasi
Canda
Edukasi
Apresiasi
Bekelit
X-presi
Techno
Otomotif
Seluler
Game Anime
Kesehatan
Perjalanan
Konsultasi Kanker
Pilkada
Lensa &Sosok
KonsultasiPajak


Rabu, 22 Oktober 2008



Kirim Artikel Print Artikel

Sabtu, 13 September 2008
Gaji Guru (Negeri) Rp 2 Juta
Oleh : Y Priyono Pasti


“INI BARU BERITA”, demikian komentar sejumlah teman penulis guru negeri ketika membaca berita tentang wacana gaji minimal guru jadi Rp 2 juta yang akan berlaku mulai tahun 2009. Seperti yang diungkap harian Kompas (10/9), untuk meningkatkan kesejahteraan guru (dan dosen negeri), pemerintah mulai tahun 2009 meningkatkan penghasilan guru dan dosen golongan terendah minimal Rp 2 juta per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk dengan kenaikan kesejahteraan yang berkisar 14-15 persen dari gaji pokok.

Untuk guru non-negeri yang terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional maupun di Departemen Agama, pemerintah memberikan kenaikan subsidi tunjangan dengan besaran yang berbeda sesuai dengan tingkat pendidikannya. Guru non sarjana mendapat tambahan tunjangan Rp 50.000 per bulan dan yang strata 1 (S-1) mendapat tunjangan Rp 100.000 per bulan. Di tengah situasi dan kondisi kehidupan guru yang memprihatinkan saat ini, wacana tentang gaji minimal guru Rp 2 juta per bulan tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan dan patut disambut antusias oleh para guru. Bagaimana pun, itu adalah bukti betapa pemerintah tetap berupaya keras untuk memperbaiki nasib guru- para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Pemerintah, di tengah segala persoalan bangsa yang tengah dihadapinya, tetap memberikan komitmennya untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini mengingat betapa pentingnya peran guru dalam ikut mencerdaskan anak-anak bangsa negeri ini. Harapannya kebijakan “kemanusiaan guru” ini dapat memberikan andil signifikan dalam mendongkrak kualitas kehidupan ekonomis guru. Citra guru yang selama ini dipandang hanya sekedar pekerja suara yang berangkat pagi pulang siang bahkan sore/malam hari tetapi miskin finansial dapat dipupus.

Guru tidak lagi menjadi potret Oemar Bakri, si wagu tur kuru, yang penghasilannya jauh dari kepantasan. Sebaliknya, melalui peningkatan penghasilan yang minimal Rp 2 juta itu, status ekonominya menjadi lebih baik. Profesi guru sungguh menjadi profesi yang diimpikan. Statusnya kian membanggakan. Berkaitan dengan wacana kemanusiaan peningkatan kesejahteraan guru tersebut, agar implementasi dari komitmen pemerintah dapat berdaya guna dan berhasil guna, ada sejumlah catatan yang ingin penulis sampaikan.

Pertama, guru harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang tinggi sebagai guru. Guru tidak boleh menjadi alat legitimasi kekuasaan, hanya menjadi sekrup-sekrup yang hanya berfungsi bila digerakkan oleh tangan-tangan manusia, tetapi harus menjadi guru-guru yang kreatif, proaktif-inovatif, kritis, berwawasan, berdaya, baik untuk memberdayakan dirinya sendiri maupun para muridnya. Kedua, guru harus menjadi sosok-sosok yang brilian. Mereka harus pintar, bersemangat, rajin membaca, menulis, suka bergaul, memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, punya hasrat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri, memiliki cakrawala dan relasi yang luas.

Ketiga, rekruitmen dan standar penerimaan guru harus diperketat dan bebas KKN. Guru yang diterima hanyalah guru-guru yang sungguh-sungguh bermutu, bermoral, berwatak, dan mempribadi sehingga mereka layak dibayar tinggi. Dengan demikian upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap dapat diwujudkan. Keempat, guru harus dihayati sebagai panggilan hidup. Menjadi guru hanya karena keterpaksaan ketika tidak bisa diterima bekerja di sektor lain yang lebih menjanjikan harus dihindari di jagat pendidikan kita. Ini penting, mengingat jadi guru karena terpaksa, ia tidak memiliki motivasi untuk maju, tidak bersemangat, ogah-ogahan, tidak kreatif, tidak produktif, dan tidak akan melakukan inovasi baru. Hasilnya, efektivitas dan optimalisasi pembelajaran rendah, bahkan tidak bermutu. Sebaliknya, menjadi guru karena panggilan hidup akan membuat guru tersebut diliputi suasana senang, suka cita, dan perasaan optimisme yang besar. Guru menjadi lebih kreatif, proaktif, selalu mencari atau menemukan sesuatu yang baru dalam proses fasilitasinya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermutu dan bermakna.

Kelima, guru harus diminta untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk pengembangan dan pemberdayaan profesinya sebagai guru berkaitan dengan kenaikan gajinya yang sangat signifikan itu. Meminjam pendapat Darmaningtyas, selain pengeluaran konsumtif, guru juga ‘dipaksa’ untuk pengeluaran-pengeluaran yang dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang guru yang mumpuni. Guru diwajibkan untuk membeli buku-buku bermutu, berlangganan koran/majalah (baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa asing), mengikuti pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi, seminar, lokakarya, kursus-kursus untuk meningkatkan kemampuan fasilitasi, kemampuan berbahasa dan menulisnya, serta menonton film, pameran bermutu untuk meningkatkan kemampuan apresiasi seni dan imajinasi mereka.

Dengan demikian, wawasan guru akan menjadi luas, jiwa/emosinya menjadi semakin matang, sikapnya menjadi semakin bijak dan arif dalam menghadapi berbagai persoalan serta mampu memberikan inspirasi kepada para muridnya untuk terus berprestasi. Itulah diantaranya (mungkin masih banyak lagi) sejumlah catatan yang hemat penulis penting untuk dipahami, dihayati, dan dilakukan guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dijagat pendidikan agar kenaikan gaji itu berbanding lurus dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Semoga!



* Penulis,Kepala SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak - Kalimantan Barat.





[ Kembali ] [ Atas ]

Komentar ( ) Isi Komentar Ketentuan

Pencarian Berita

AllAny
Kategori
Semua Kategori Utama Sambas Sanggau Ekonomi Hiburan OlahRaga Metropolis Kota Pinyuh Sintang Singkawang SuratPembaca Khatolik Protestan Resensi Opini KongHuCu Buddha Ketapang Tokoh Editorial Islam Konsultasi Canda Edukasi Apresiasi Bekelit X-presi Techno Hindu Otomotif Seluler Game Anime Kesehatan Liputankhusus Perjalanan Konsultasi Kanker Pilkada Lensa &Sosok KonsultasiPajak Bengkayang Nasional


Komunitas
Iklan Baris
Berita Duka Cita
Lowongan Kerja
Opini
• Berebut Selubung Kezaliman
• Tradisi Minta Ridha (Dalam Perspektif Tasawuf)
• Pesan Moral Perintah Ibadah Puasa
• Guru Bisa Mencapai Guru Besar
• Kecewa di Bulan Ramadhan
• Pemenang Pilkada
• Revolusi Pendidikan Formal
• Belajar ”Ilmu Malu”
• Perlunya Kecerdasan Emosional & Spriritual Anak Didik
• Upaya Membangun Kubu Raya Sebagai Kabupaten




Copyright © 2002 Pontianak Post

Opini

Home


Redaksi


Contact Us


Buku Tamu




RUBRIK

Utama
Ekonomi
Hiburan
OlahRaga
Metropolis
Kota
Editorial
Liputankhusus
Nasional

RADAR

Sambas
Sanggau
Pinyuh
Sintang
Singkawang
Ketapang
Bengkayang

AGAMA

Hindu
Islam
Buddha
KongHuCu
Resensi
Protestan
Khatolik

KOLOM

Forum Diskusi
SuratPembaca
Opini
Tokoh
Konsultasi
Canda
Edukasi
Apresiasi
Bekelit
X-presi
Techno
Otomotif
Seluler
Game Anime
Kesehatan
Perjalanan
Konsultasi Kanker
Pilkada
Lensa &Sosok
KonsultasiPajak


Rabu, 22 Oktober 2008



Kirim Artikel Print Artikel

Sabtu, 13 September 2008
Gaji Guru (Negeri) Rp 2 Juta
Oleh : Y Priyono Pasti


“INI BARU BERITA”, demikian komentar sejumlah teman penulis guru negeri ketika membaca berita tentang wacana gaji minimal guru jadi Rp 2 juta yang akan berlaku mulai tahun 2009. Seperti yang diungkap harian Kompas (10/9), untuk meningkatkan kesejahteraan guru (dan dosen negeri), pemerintah mulai tahun 2009 meningkatkan penghasilan guru dan dosen golongan terendah minimal Rp 2 juta per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk dengan kenaikan kesejahteraan yang berkisar 14-15 persen dari gaji pokok.

Untuk guru non-negeri yang terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional maupun di Departemen Agama, pemerintah memberikan kenaikan subsidi tunjangan dengan besaran yang berbeda sesuai dengan tingkat pendidikannya. Guru non sarjana mendapat tambahan tunjangan Rp 50.000 per bulan dan yang strata 1 (S-1) mendapat tunjangan Rp 100.000 per bulan. Di tengah situasi dan kondisi kehidupan guru yang memprihatinkan saat ini, wacana tentang gaji minimal guru Rp 2 juta per bulan tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan dan patut disambut antusias oleh para guru. Bagaimana pun, itu adalah bukti betapa pemerintah tetap berupaya keras untuk memperbaiki nasib guru- para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Pemerintah, di tengah segala persoalan bangsa yang tengah dihadapinya, tetap memberikan komitmennya untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini mengingat betapa pentingnya peran guru dalam ikut mencerdaskan anak-anak bangsa negeri ini. Harapannya kebijakan “kemanusiaan guru” ini dapat memberikan andil signifikan dalam mendongkrak kualitas kehidupan ekonomis guru. Citra guru yang selama ini dipandang hanya sekedar pekerja suara yang berangkat pagi pulang siang bahkan sore/malam hari tetapi miskin finansial dapat dipupus.

Guru tidak lagi menjadi potret Oemar Bakri, si wagu tur kuru, yang penghasilannya jauh dari kepantasan. Sebaliknya, melalui peningkatan penghasilan yang minimal Rp 2 juta itu, status ekonominya menjadi lebih baik. Profesi guru sungguh menjadi profesi yang diimpikan. Statusnya kian membanggakan. Berkaitan dengan wacana kemanusiaan peningkatan kesejahteraan guru tersebut, agar implementasi dari komitmen pemerintah dapat berdaya guna dan berhasil guna, ada sejumlah catatan yang ingin penulis sampaikan.

Pertama, guru harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang tinggi sebagai guru. Guru tidak boleh menjadi alat legitimasi kekuasaan, hanya menjadi sekrup-sekrup yang hanya berfungsi bila digerakkan oleh tangan-tangan manusia, tetapi harus menjadi guru-guru yang kreatif, proaktif-inovatif, kritis, berwawasan, berdaya, baik untuk memberdayakan dirinya sendiri maupun para muridnya. Kedua, guru harus menjadi sosok-sosok yang brilian. Mereka harus pintar, bersemangat, rajin membaca, menulis, suka bergaul, memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, punya hasrat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri, memiliki cakrawala dan relasi yang luas.

Ketiga, rekruitmen dan standar penerimaan guru harus diperketat dan bebas KKN. Guru yang diterima hanyalah guru-guru yang sungguh-sungguh bermutu, bermoral, berwatak, dan mempribadi sehingga mereka layak dibayar tinggi. Dengan demikian upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap dapat diwujudkan. Keempat, guru harus dihayati sebagai panggilan hidup. Menjadi guru hanya karena keterpaksaan ketika tidak bisa diterima bekerja di sektor lain yang lebih menjanjikan harus dihindari di jagat pendidikan kita. Ini penting, mengingat jadi guru karena terpaksa, ia tidak memiliki motivasi untuk maju, tidak bersemangat, ogah-ogahan, tidak kreatif, tidak produktif, dan tidak akan melakukan inovasi baru. Hasilnya, efektivitas dan optimalisasi pembelajaran rendah, bahkan tidak bermutu. Sebaliknya, menjadi guru karena panggilan hidup akan membuat guru tersebut diliputi suasana senang, suka cita, dan perasaan optimisme yang besar. Guru menjadi lebih kreatif, proaktif, selalu mencari atau menemukan sesuatu yang baru dalam proses fasilitasinya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermutu dan bermakna.

Kelima, guru harus diminta untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk pengembangan dan pemberdayaan profesinya sebagai guru berkaitan dengan kenaikan gajinya yang sangat signifikan itu. Meminjam pendapat Darmaningtyas, selain pengeluaran konsumtif, guru juga ‘dipaksa’ untuk pengeluaran-pengeluaran yang dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang guru yang mumpuni. Guru diwajibkan untuk membeli buku-buku bermutu, berlangganan koran/majalah (baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa asing), mengikuti pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi, seminar, lokakarya, kursus-kursus untuk meningkatkan kemampuan fasilitasi, kemampuan berbahasa dan menulisnya, serta menonton film, pameran bermutu untuk meningkatkan kemampuan apresiasi seni dan imajinasi mereka.

Dengan demikian, wawasan guru akan menjadi luas, jiwa/emosinya menjadi semakin matang, sikapnya menjadi semakin bijak dan arif dalam menghadapi berbagai persoalan serta mampu memberikan inspirasi kepada para muridnya untuk terus berprestasi. Itulah diantaranya (mungkin masih banyak lagi) sejumlah catatan yang hemat penulis penting untuk dipahami, dihayati, dan dilakukan guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dijagat pendidikan agar kenaikan gaji itu berbanding lurus dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Semoga!



* Penulis,Kepala SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak - Kalimantan Barat.





[ Kembali ] [ Atas ]

Komentar ( ) Isi Komentar Ketentuan

Pencarian Berita

AllAny
Kategori
Semua Kategori Utama Sambas Sanggau Ekonomi Hiburan OlahRaga Metropolis Kota Pinyuh Sintang Singkawang SuratPembaca Khatolik Protestan Resensi Opini KongHuCu Buddha Ketapang Tokoh Editorial Islam Konsultasi Canda Edukasi Apresiasi Bekelit X-presi Techno Hindu Otomotif Seluler Game Anime Kesehatan Liputankhusus Perjalanan Konsultasi Kanker Pilkada Lensa &Sosok KonsultasiPajak Bengkayang Nasional


Komunitas
Iklan Baris
Berita Duka Cita
Lowongan Kerja
Opini
• Berebut Selubung Kezaliman
• Tradisi Minta Ridha (Dalam Perspektif Tasawuf)
• Pesan Moral Perintah Ibadah Puasa
• Guru Bisa Mencapai Guru Besar
• Kecewa di Bulan Ramadhan
• Pemenang Pilkada
• Revolusi Pendidikan Formal
• Belajar ”Ilmu Malu”
• Perlunya Kecerdasan Emosional & Spriritual Anak Didik
• Upaya Membangun Kubu Raya Sebagai Kabupaten




Copyright © 2002 Pontianak Post
Islam dan Nasionalisme
Senin, 20 Okt 2008 11:24

Dua orang tokoh partai bertemu di tv. Satunya mewakili partai nasionalis. Satunya mewakili partai Islam. Keduanya bersepakat bahwa tidak ada dikotomi (perbedaan) antara nasionalisme dan Islam. Di acara tv itu wakil partai nasionalis memekikkan : merdeka! Dibalas wakil dari partai Islam memekikkan : merdeka! Tiga kali. Sebagai wujud rasa nasionalisme yang tinggi.

Dua orang tokoh partai bertemu di tv. Satunya mewakili partai nasionalis. Satunya mewakili partai Islam. Keduanya bersepakat bahwa tidak ada dikotomi (perbedaan) antara nasionalisme dan Islam. Di acara tv itu wakil partai nasionalis memekikkan : merdeka! Dibalas wakil dari partai Islam memekikkan : merdeka! Tiga kali. Sebagai wujud rasa nasionalisme yang tinggi. Lalu, keduanya menyatakan dan bersepakat tidak ada dikotomi antara nasionalisme dan Islam. Dengan pengertian masing-masing. Gayung bersambut. Tak bertepuk sebelah tangan. Golonggan nasionalis dan Islam berpadu dalam tataran filosofis, dan akan melaksanakan dalam implementasi. Bentuknya sedang digagas. Mungkin koalisi atau bahasa lainnya musyarokah.

Masih di bulan ramadhan wacana tentang nasionalisme dan Islam berlangsung. Melibatkan wakil dari golongan nasionalis dan golongan Islam. Mengapa nasionalisme dan Islam harus tiba-tiba menjadi topik pembicaran yang serius dikalangan para pemimpin? Tak lain, karena adanya kebutuhan, dan keinginan menjalin sebuah kerjasama politik. Apakah mungkin golongan nasionalis bisa bekerjsama dengan golongan Islam? Atau sebaliknya. Apakah mungkin golongan Islam bisa bekerjasama dengan golongan nasionalis? Dengan tujuan membangun sebuah kekuasaan? Barangkali persoalannya bukan hanya berhenti sampai di situ.

Tapi, apakah mungkin golongan Islam, bersedia memberikan dukungan politik (ideologis) kepada golongan nasionalis? Meskipun, sudah ada preseden, seorang tokoh Islam telah menjadi wakil presiden dari seorang presiden wanita, yang mewakili golongan nasionalis. Di pemilu 2004, yang lalu, seorang pimpinan ulama, dicalonkan mendampingi calon presiden wanita, dari golongan nasionalis. Apakah preseden ini dapat dijadikan dasar perspektif politik Indonesia di masa depan? Kerjasama antara golongan nasionalis dan Islam? Khususnya, dalam membangun kekuasaan politik, yang mempunyai tujuan-tujuan luas, menciptakan kehidupan yang lebih baik, adil, sejahtera, bagi seluruh rakyat?

Kita, sudah mempunyai pengalaman, yang panjang, bagaimana ketika, kekuasaan dikelola oleh golongan nasionalis. Di mana mereka menunjukkan tidak adanya toleransi terhadap golongan Islam. Tidak hanya itu. Mereka, juga tak jelas visi nasionalisme, yang menjadi bagian penting ideologi dari gerakan mereka. Implementasi dari wujud nasionalisme sebagai sebuah ideologi, masih tetap ‘ambigu’ (mendua) dalam segala aspek kehidupan. Mereka menentang segala bentuk pengaruh Barat. Kenyataannya, mereka tak dapat mengatasi tarikan pendulun, dari ideologi lain, yang lebih ekstrim, yaitu komunisme. Nasionalisme hanya menjadi sebuah jargon politik, dan phobia terhadap Barat, tapi menjadi satelit dari ideologi materialisme lainnya, yaitu komunisme. Seperti yang terjadi diawal masa kemerdekaan, dan tergambar dalam diri Soekarno. Soekarno tidak hanya anti Islam, tapi menjerumuskan Indonesia ke dalam arus besar gerakan materialisme internasional yang atheis (anti tuhan), dan berakhir dengan sebuah tragedi kemanusiaan, yaitu perang saudara, di tahun 1965.

Tak dapat dilupakan. Semua tercatat dalam sejarah. Ketika Indonesia masih sangat dini, berupa ‘bayi’ yang baru lahir, baru merdeka dari penjajah, ketika masih mencari bentuk dan format, serta landasan kehidupan bersama, bagi membangun sebuah bangsa dan negara (nation state). Polarisasi sudah terjadi. Polarisasi bukan hanya menyangkut kebijakan, tapi menyangkut hal yang bersifat filosofis dan ideologis. Golongan Islam ingin menjadikan Islam sebagai dasar negara, sedangkan golongan nasionalis ingin menjadikan Pancasila, yang ‘man made’ (buatan manusia) itu menjadi dasar negara. Dan, berakhir dengan tragedi. Sama. Seperti ketika berakhirnya kekuasaan Soekarno juga tragedi. Waktu itu, di tahun 1959, Soekarno membubarkan konstituante, yang menjadi sarana bermusyawarah diantara golongan-golongan yang ada. Soekarno mengeluarkan : ‘Dekrit’. Kembali ke UUD ‘45. Dekrit adalah sebuah kata, yang nantinya menjadi awal, Indonesia menuju bentuk kediktoran, dan perpecahan, serta kehancuran. Soekarno dan golongan nasionalis, tak menginginkan Islam menjadi dasar kehidupan bangsa Indonesia. Bahkan, bukan hanya itu, Soekarno memenjarakan para pemimpin Islam,yang berbeda pendapat dengannya.

Masih ingat? Di era reformasi ini? Sebuah partai yang memposisikan dirinya dari golongan nasionalis. Ketika berkuasa tak juga menunjukkan diri sebagai partai yang benar-benar nasionalis. Kebijakannya dibidang ekonomi, tak populis, yang berpihak kepada rakyat kecil. Kebijakan ekonominya tetap pro-pasar (kapitalis). Orang-orang yang menangani tim ekonomi adalah orang-orang yang dekat lembaga multilateral seperti IMF. Tak ada tawaran baru yang lebih baik, khususnya dalam mengatasi krisis ekonomi, dengan konsep yang lebih mandiri, tanpa bergantung Barat. Di sini hanyalah menggambarkan ‘ambivalensi’ tentang nasionalisme, ketika berhadapan dengan globalisasi, yang akhirnya tak mampu mengubah kondisi krisis.

Belum lagi kebijakan terhadap Islam. Isu-isu yang dianggap berbau Islam, pasti mendapat penolakan. Tak mau memberikan apresiasi positip. Seperti belakangan ini, masalah undang-undang pendidikan, mendapat tantangan yang kuat, khususnya yang berkaitan dengan tujuan pendidikan. Karena, dalam rancangan undang-udang itu, tujuan pendidikan adalah menciptakan anak didik menjadi beriman dan bertaqwa. Mereka juga memberikan penolakan terhadap undang-undang yang ingin membatasi pamer syahwat. Sampai sekarang undang-undang ini masih terkatung-katung. Belum lagi, soal perda-perda, yang belakangan ini muncul, di daerah-daerah, yang ingin melarang berbagai bentuk kemaksiatan, juga dituding sebagai langkah-langkah melaksanakan syariah Islam.

Nampaknya, memang tidak bisa bertemu antara nasionalisme dan Islam dalam tataran filosofis ideologis, dan implementasi. Bukan hanya filosofis dan ideologis yang berbeda, tapi dalam bentuk implementasinya juga berbeda. Karena landasannya berbeda, yang tak mungkin dapat disatukan dan diwujudkan. Kalau pun pernah terjadi, tak lain, lebih pada kekuasaan semata. Tapi, secara ideologis, tak pernah dapat disatukan, dan ibaratnya seperti minyak dengan air. Dulu, ketika zaman Soekarno pernah golongan Islam mau bersedia mendukung Soekarno, ketika membentuk kabinet ‘kaki empat’ Nasakom, di mana golongan nasionalis, agama (Islam), dan komunis, disatukan dalam kekuasaan, tapi itu tak lebih dari akal-akalan, dan tak berumur panjang. Jadi, kalau sekarang masih ada obsesi, yang menginginkan penyatuan antara golongan nasionalis dan Islam, itu hanyalah khayalan, atau manipulasi politik, yang sifatnya artifisial.

Di awalnya, faham nasionalisme, sebuah gerakan yang tertuju bagi kemerdekaan. Gerakan ini ini terilhami revolusi Prancis, yang melawan para raja dan kaum borjuis, yang menindas rakyat. Tapi, gerakan ini, tak lebih dari manipulasi orang-orang Yahudi di Eropa, yang sudah lama diperbudak para raja, gereja, dan kaum bangsawan. Karena itu, relevansi bagi dunia ketiga, khususnya negara-negara Islam, tak ada. Karena, justru negara-negara Islam di jajah dan perbudak penguasa Eropa, yang sangat ambisius dan ekspansif.

Jika ada yang merasa paling berhak menerima gelar sebagai ‘nasionalis’ adalah golongan Islam. Karena, mereka yang lebih mencintai tanah air. Mereka lebih sungguh-sungguh dalam membela tanah airnya. Mereka yang lebih banyak mengorbankan diri, membebaskan negaranya dari penjajahan dan perbudakan. Mereka yang melawan hegemoni kaum penjajah dan tiran Barat. Ketika,negara-negara Islam di jajah dan diperbudak, tokoh seperti Mohammad Bin Badis, tokoh pejuang di Aljazair, yang berjuang membebaskan negaranya dari penjajahan. Omar Muchtar, pejuang kemerdekaan Libya, yang berjuang dengan penuh semangat, yang akhirnya digantung penjajah Itali. Di Mesir, Hasan al-Banna, berjuang memerdekan negaranya dari penjajahan Inggris, dan berakhir dengan kematiannya, ditembak para kolaborator penjajah. Shalahuddin al-Ayubi, membebaskan al-Aqsha, dari para Salibis. Shalahuddin, hanya dengan 9.000 tentaranya, melawan gabungan tiga negara, Inggris, Jerman dan Prancis, yang mereka mengerahkan 300.000 pasukan Salib, yang sangat terkenal. Kemenangan Shalahuddin, yang akhirnya menciptakan Yarusalem, menjadi kota yang damai bagi seluruh agama.

Di era ini, kaum muslimin berjuang membebaskan tanah air nya, seperti di Iraq, Afghanistan, dan Palestina, dari penjajahan dan perbudakan, yang dilakukan Barat, dan Israel. Mereka bukan hanya sebagai seorang ‘nasionalis’, tapi ajaran agama (ideologi) mereka, tak pernah membolehkan negaranya dikuasai dan dijajah oleh asing. Maka, golongan Islam adalah mereka yang paling mencintai tanah airnya, dan memiliki kesadaran yang utuh terhadap tanah airnya. Membebaskan negaranya dari penjajahan adalah kesadaran yang sifatnya inherent (melekat), dan tak dapat ditawar-tawar.

Wacana tentang nasionalisme dan Islam, yang akhir-akhir digagas para pemimpin, tak ada yang serius dan substantive, dan mempunyai tujuan bagi masa depan Indonesia. Semuanya, tak lebih dari usaha dagang sapi, yang ingin bagi-bagi kekuasaan dengan legitimasi ideologi dan agama. Wallahu’alam. (mhi).



Editorial Sebelumnya
Masa Depan Rakyat Aceh?
Kuatkan Diri Kita
The Death of Capitalism
Idul Fitri yang Indah
Amerika yang Bangkrut

(Arsip Editorial) 5 Teropuler
Non-Muslim di Inggris Beralih ke Bank-Bank Islami
Gara-Gara Tukang Ojek
Boleh atau Tidak Saya Nikahi Dia?
Aisha Canlas, Merasakan Kedamaian Mendengar Suara Adzan
Pengaruh Doa Terhadap Kesembuhan
5 Terbaru
Gara-Gara Tukang Ojek
Pengaruh Doa Terhadap Kesembuhan
Irak "Dipaksa" Setujui Kesepakatan Keamanan dengan Militer AS
Hamas-Fatah Akhirnya Terima Draft Rekonsiliasi Usulan Mesir
"Sie sind gute Frau"